MENGENAL IKAN LELE
konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat. Kalau dahulu ikan lele dipandang sebagi kan murahan dan pada umumnya hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, sekarang ternyata konsumennya makin meluas. Rasa dagingnya yang khas dan cara memasak dan menghidangkannya yang secara tradisional itu ternyata sekarang menjadi kegemaran masyarakat luas. Bahkan banyak pula restoran besar yang menghidangkannya. Oleh karena tu harga ikan lele meningkat. Hal itu telah menjadi perangsang bagi petani ikan untuk membudidayakan ikan lele secara intensif.
semula pemeliharaan ikan lele hanyalah sebagai kegiatan sambilan saja, dipelihara di dalam kolam-kolam pekarangan menampung air limbah rumah tangga. Ikan lele meang sifatnya tahan hidup di dalam lingkungan yang kotor an kekurangan oksigen akibat proses pembusukan yang terjadi. Dalam kolam pekarangan itu, ikan lele diberi makanan sisa-sisa dapur saja. Dalam keadaan demikian, pertumbuhan ikan lele lambat. Sesudah dipelihara setahun-dua tahun, baru mencapai ukuran 100 gram, sebagai ikan konsumsi. Sekarang berhubung para petani terdorong untuk memproduksikan lele lebih banyak, maka teknik pemeliharaannya pun ditingkatkan. Kolam yang dipergunakan lebih luas, walaupun masih berupa kolam pekarangan. Airnya diusahakan dari air irigasi yang memungkinkan adanya pergantian air, sehingga kondisinya lebih segar. Dalam suasana air yang segar, pertumbuhan ikan lele menjadi lebih cepat. walaupun tidak sepesat ikan karper.
Apabila hendak mengembangkan pemeliharaan ikan lele tentu diperlukan banyak benih. Terasalah bahwa benih ikan lele yang selama ini diperoleh dari hasil pengumpulan dari alam saja tidak mencukupi. Petani ikan pun berupaya untuk menciptakan teknik ertentu agar ikan lele mau berkembangbiak di kolam dan agar dapat diproduksi benih sebanyak mungkin. Beberapa petani yang tekun dapat menghasilkan benih lele agak banyak. Tekniknya lalu ditiru oleh rekan-rekannya sesama petani.
Berhubung pengembangan yang intensif bagi pemeliharaan ikan lele ini baru dalam tingkat permulaan, maka produksi benih maupun ikan konsumsi masih rendah. Untuk tu perbaikan-perbaikan teknis terus-menerus perlu dilakukan baik oleh para petani sendiri maupun oleh lembaga-lembaga pemerintah. Perbaikan teknis itu akan meliputi segala aspek budidaya seperti konstruksi kolam, mutu air, makanan tambahan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, bahkan telah mulai diteliti cara pemijahan dengan rangsangan hormon. Hasil penelitian-penelitian tersebut diharapkan sekali untuk dapat dipraktekkan.
Di dalam buku yang kecil ini, penulis berusaha untuk memberikan bahan-bahan sebagai dasar pengetahuan teknik memelihara ikan lele yang sudah diterapkan oleh para petani. Di masa depan buku ini tentu dapat disempurnakan sesuai dengan penemuan penemuan teknik baru.
A Klasifikasi dan Ciri-ciri
Ikan lele menurut klasifikasi berdasar taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de beaufort (1965) digolongkan sebagai berikut :
Filum : Chordata, ialah binatang bertulang belakang.
Kelas : Pisces, ialah bangsa ikan yang mempunyai insang untuk bernapas.
Subkelas : Teleostei, ialah ikan yang bertulang keras.
Ordo : Ostariophysi, ialah ikan yang di dalam perutnya sebelah atas memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan, yang disebut ulang weber (Weberian oscicle).
Subordo : Siluroidae, ialah ikan yang bentuk tubuhnya memanjang berkulit licin (tak bersisik).
Gambar 1. ikan lele(calirias batrachus Linnaeus bleeiker)
Famili : Clariidae, ialah suatu kelompok ikan (dari be berapa genus) yang selain mempunyai ciri-ciri tersebut, juga mempunyai ciri yang lebih khas lagi, yakni bentuk kepalanya pipih denga lempeng tulang keras sebagai batok kepala. Bersungut (kumis) 4 pasang. Sirip dada ada patil. Mempunyai alat pernapasan tambaha ang terletak di bagian depan rongga insang yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara.
Genus : Glorias.
Di Indonesia ada beberapa jenis (spesies) ikan lele, yaitu Glorias batrachus, jenis ini yang paling banyak dijumpai dan umumnya dibudidayakan, di samping terdapat di alam; Glorias Leiacanthus, Glorias nieuwhofi, Glorias teesmanii. Ketiga jenis ini terdapat di perairan Indonesia tetapi jarang ditemukan dan diduga sudah langka. Tidak ada keterangan yang jelas, mengapa ketiga spesies itu menjadi langka dan mengapa tidak dibudidayakan seperti halnya Glorias batrachus. Jadi masih memerlukan penelitian.
Di Thailand, selain Glorias batrachus juga banyak dipelihara jenis Glorias macro cephalus. Jenis yang terakhir ini kemungkinan tidak ada di Indonesia.
Pada ikan lele (Glorias batrachus) di Indonesia dikenal adanya 3 variasi warna tubuhnya, ialah :
- hitam agak kelabu (gelap). Ini yang paling umum terdapat.
- bulai (putih), dan
- merah.
Kedua warna yang terakhir itu agak jarang ditemukan, biasanya dipelihara sebagai ikan hias.
B. Nama Daerah dan Nama Umum
Di berbagai daerah, ikan lele diberi nama menurut bahasa daerah masing-masing.
Di pulau Jawa disebut ikan lele.
Di Sumatera disebut ikan kalang.
Di Kalimantan disebut pintet.
Di Makassar disebut ikan keling (keli).
Namun nama yang paling populer ialah lele.
Dalam bahasa Inggris disebut cat fish. Nama ini dipakai sebagai nama dalam perdagangan, jadi nama internasional. Disebut demikian, mungkin karena ikan ini berkumis seperti kucing (cat = kucing). Sebenarnya nama cat fish ini tidak hanya berlaku untuk ikan lele saja, melainkan juga bagi ikan-ikan jenis lain yang juga berkumis, antara lain ikan baung (genus Pangasius, Macrones, Siluria, dan sebagainya).
C. Penyebaran
Ikan lele tersebar luas di benua Afrika dan Asia, terdapat di perairan umum yang berair tawar secara liar. Di beberapa negara, khususnya di Asia, ikan lele telah diternakkan, dipelihara di kolam. Seperti halnya terjadi di Filipina, Thailand, Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam, Birma, dan India. Di Indonesia ikan lele ini secara alami terdapat di kepulauan Sunda Besar maupun Sunda Kecil.
D. Habitat
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan lingkungan hidup ikan lele.
Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah suhu .tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya di bawah 20°C, pertumbuhannya agak lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. Leie tidak pernaditemukan hidup di air payau atau asin.
E. Tingkah laku
Ikan lele adalah ikan yang hidup di air tawar. la bersifat noktumal, artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Pada siang hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang-lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu deras.
Ikan lele membuat sarang di dalam lubang-lubang di tepian sungai, tepi-tepi rawa atau pematang sawah, dan kolam yang teduh dan tenang.
Berhubung sifat-sifat dan tingkah lakunya itu, memancing ikan lele pada malam hari lebih berhasil daripada siang hari, karena ikan lele aktif mencari makan pada waktu malam atau sesudah matahari terbenam.
Lele yang dipelihara di kolam atau sawah, apabila hendak ditangkap pada siang hari, cara yang mudah ialah meletakkan tabung-tabung dari bambu atau lainnya, di dasar kolam/sawah, lalu menggiring ikan lele agar berkumpul di dalam tabung sehingga mudah ditangkap dengan cara mengangkat tabung tadi.
F. Perkembangbiakan
Ikan lele mencapai kedewasaan setelah mencapai ukuran 100 gram atau lebih. Jika sudah masanya berkembangbiak, ikan jantan dan betina berpasangan. Pasangan itu lalu mencari tempat, yakni lubang yang teduh dan aman untuk bersarang. Lubang sarang ikan lele terdapat kira-kira 20 - 30 cm di bawah permukaan air. Ikan lele tidak membuat sarang dari suatu bahan (jerami atau rumput-rumputan) seperti ikan gurame, melainkan hanya meletakkan telurnya di atas dasar lubang sarangnya itu.
Pada perkawinannya, induk betina melepaskan telur bersamaan waktunya dengan jantan melepaskan mam (sperma) di dalam air. Terjadilah pembuahan di dalam air. Telur yang telah dibuahi dijaga oleh induk betina sampai telur menetas dan cukup kuat berenang. Lama penjagaan im semmggu sampai sepuluh hari. Setelah perkawinan, induk jantan meninggalkan sarang dan tidak menghiraukan anak-anaknya.
Seekor induk betina dapat menghasilkan 1.000 sampai 4 000 butir telur sekali memijah. Dalam tempo 24 jam setelah perkawinan, telur akan menetas. Selama semmggu sampai sepuluh hari anak ikan lele ini dijaga oleh mduknya sampai burayak ini cukup kuat meninggalkan sarangnya.
Biasanya ikan lele memijah sore hari pada musim hujan. Lain halnya di kolam pemeliharaan. Menurut pengalama petani, di kolam ikan lele dapat memijah sepanjang tahun. Jadi tidak mengenal musim. Hal ini mungkin disebabkan keadaan kolam yang dapat dialiri air baru setlap saat. Sungguhpun demikian, tanpa aliran air atau sirkulasi air pun, lean lele dapat juga memijah di kolam, tetapi frekuensinya tidak begitu sering.
G. Makanan
Makanan alami ikan lele ialah binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, Copepoda) cacing-cacing, larva (jentik-jentik serangga), siput-siput kecil, dan sebagainya.
Selain bersifat karnivora (pemakan dagmg), ikan lele juga makan sisa-sisa benda yang membusuk dan kotoran manusia sedangkan tumbuh-tumbuhan kurang disenangi (Gambar 2, 3, dan 4, beberapa organisme yang menjadi makanan ikan lele.
Ikan lele biasanya mencari makanan dan dasar kolam, tetapi bila ada makanan yang terapung, juga tidak lepas dan sambarannya. Karena ikan lele bersifat karnivora,makanan tambahan yang baik untuk ikan mi ialah yang banyak mengandung protein hewani. Bila makanan yang diberikan banyak mengandung protein nabati, pertumbuhannya lambat. Jadi pengetahuan tentang jenis makanan dan pola atau cara makan ikan ini perlu dipelajari agar dapat dibuat susunan makanan yang tepat.
Gambar 2. Beberapa jenis udang renik (ENTOMOSTRACA) makanan ikan.
a : Bosmina spec. b : Chydorus spec. c: Ceriodaphinia spec. d : Sida spec.
e : Polyphemus spec. f : Daphnia spec. g : Cypris
spec. (Gambar dikutip dari Textbook of Fish Culture; Huet, 1911).
Gambar 3. Beberapa jenis larva nyamiik; a, b : larva dan nimfa Chironom sp.,
c : larva Tanypodynae Pentaneura spec., d : larva Orthocia diinae (Metrifnemus spec.),
e : larva Coretha spec., f : larva Cory noneura spec.
(dikutip dari Textbook of Fish Culture; Huel 1975).
gambar 4. Cacing merah yang bergerombol pada lumpur comberan (Tubife
tubifex). a : kelompok Tubifex, b : Kelompok Tubufex yan diperjelas,
c Seekor cacing Tubifex.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar